Oke, i'm back with my stories. Kali ini aku akan berbagi cerpen icilku yang udah berhari hari yang lalu, hanya di save di komputer aja. Yaudah deh langsung aja ke cerpennya. Cekidot!
= = = = =
-PROLOG -
Lintar memandangi secarik kertas di tangannya. Berkali-kali ia membaca rangkaian huruf demi huruf pada kertas tersebut. Yang membuatnya teringat pada seseorang yang sangat ia cintai, sayangi, dan rindukan.
‘Kamu berhasil sayang. Bisakah kamu lakukan itu setiap hari?’
Begitulah tulisan pada kertas yang Lintar pegang. Hanya 2 kalimat memang. Namun 2 kalimat itu memiliki arti yang sangat penting baginya. Mengingatkan padanya saat dirinya masih bersama Nova.
“Ntar,”
Sebuah tangan mendarat di pundaknya,
membuyarkan semua lamunannya tentang Nova. Lintar menengok ke belakang.
“Ayo kita mulai acaranya,” ucap Ray. Seorang gadis menemaninya di belakang.
“Sebentar lagi jam 12,” ucap Acha, gadis di belakang.
Lintar melirik jam tangannya. Ia tersenyum, lalu mengangguk.
“Gua sama Acha tunggu di taman ya,” Ray langsung menggandeng tangan Acha, dan membawanya masuk kedalam mobil.
“Kami duluan yaa…” ucap Acha mengikuti langkah Ray.
Setelah Ray dan Acha berlalu, Lintar memandangi lagi secarik kertas tersebut, dan menyimpannya di saku celananya, lalu ia melangkah menuju motornya. Mengikuti arah yang tadi dilalui oleh Ray dan Acha.
"Jangan Bersedih Lintar..." (Chap. 1)
Ma… Aku tak ingin memiliki itu
Aku masih ingin hidup
Aku masih ingin bersama orang orang yang kucintai
Aku masih ingin mengejar impianku
Aku sangat ingin, Ma…
Walau semua itu pasti tak mungkin kudapatkan
* * *
Lintar mendekati Nova yang sedang sibuk menulis sesuatu di bukunya. Nova yang kemudian menyadari kehadiran Lintar, segera menutup bukunya, lalu menyimpannya di kolong meja.
“Hai Nov,” sapa Lintar, kemudian duduk di sebelah Nova.
“Hai juga, Ntar” balas Nova.
“Lagi apa kamu?” Tanya Lintar, kemudian ia melirik sesuatu yang tadi disimpan di kolong meja oleh Nova.
Nova segera menutupi kolong mejanya dengan kedua tangannya, agar Lintar tak mengambil barang yang ia simpan. Ia tahu cowok di sebelahnya itu memiliki tangan yang usil.
“Gak lagi apa apa. Cuma… lagiii…” ucapan Nova menggantung.
Lintar menaikkan alisnya, menunggu lanjutan kalimat Nova.
“Nyalin PR. Iya, nyalin jawaban” kata Nova setengah mantap setengah ragu ragu.
Lintar hanya meng-oh-kan saja.
“Ada apa Ntar, nyamperin aku?” Tanya Nova kemudian.
Lintar menengok ke Nova, agar bisa melihat wajah cantiknya gadis itu.
“Pengen ngobrol aja,” jawab Lintar.
“Emangnya Ray kemana? Kok gak sama dia” Tanya Nova lagi.
“Ah tau deh dia mah. Ngilang mulu dari tadi”
Nova Cuma tertawa kecil mendengar ucapan Lintar barusan. Lintar hanya tersenyum.
“Nov,” panggil Lintar ketika suasana mulai sepi lagi di antara mereka berdua.
Nova menengok. Lalu tak ada lanjutan kata apapun dari mulut Lintar. Lintar hanya ingin melihat kedua bolamata Nova yang indah itu. diam di antara mereka. Dua detik bertahan, setelah itu Nova berpaling.
“Kok malu malu gitu Nov?” tegur Lintar.
“Heii… siapa yang malu malu” Nova mendelik.
“Buktinya kamu gak mau liat aku. Aku kan pengen ngomong sama kamu,” ucap Lintar.
“Tadi kan aku udah liat kamu, Ntar. Tapi kamunya diam aja. Jangan jangan kamu lagi yang malu malu sama aku” balas Nova dengan cepat.
“Yee… enak aja. Aku tuh manggil kamu ada maksudnya tau,”
“Apa?” Tanya Nova, nadanya terdengar menantang.
“Aku pengen ngajakin kamu,”
“Ngajakin aku? Kemana?” Tanya Nova.
“Hmm, enaknya kemana yaa…” pikir Lintar. “Kemana aja deh, yang penting sepulang sekolah nanti, kamu sama aku,”
DEG, Nova merasakan jantungnya berdegup cepat. Tubuhnya lemas seketika. Entah ia tak tahu mengapa ia merasakan itu semua.apa karena ada…
“Mau kan Nov?”
Tawaran Lintar membuyarkan lamunan Nova. Ia menengok ke Lintar.
“Emangnya dalam rangka apa kamu ngajakin aku jalan jalan? Bukannya hari ulangtahunmu masih dua minggu lagi?” Tanya Nova.
“Ya ampun Nova,” Lintar langsung memegang pundak Nova dengan cepat setelah ucapan Nova tadi. Sontak saja Nova terkaget.
“Apaan sih Ntar, kamu ngagetin aku deh” Nova mencoba melepaskan kedua tangan Lintar dari pundaknya.
Lintar langsung mesem mesem gak jelas. Nova makin bingung.
“Ternyata kamu masih inget hari ulangtahunku ya. Kupikir kamu udah lupa,”
“Ya elah Ntar gitu doang. Kamu tuh lebay tau gak” Nova meninju lengan Lintar sambil tertawa kecil, agak malu malu gitu deh.
“Ya bagus dong Nov. Kalo aku gak lebay, ntar siapa yang bakal ninju lengan aku lagi. Kan Cuma kamu Nov yang ninju lengan aku kalo aku lebay, hehe…” Lintar nyengir.
Perkataan Lintar tadi membuat Nova langsung mesem mesem gak jelas. Pipinya memerah seketika.
“Jadi mau gak jalan jalan sama aku. Aku bete nih jalan sama Ray terus. Pengen merubah suasana,”
Nova masih diam. Sementara Lintar menanti jawaban Nova. Kemudian suara bel menyahut keheningan diantara Lintar dan Nova, tanda istirahat sudah selesai.
“Oke, pulang sekolah nanti kutunggu di lapangan parkir yaa” ucap Lintar yang langsung bangkit, kemudian berjalan keluar barisan, karena melihat Acha, teman sebangku Nova telah datang.
“Tapi kan aku belum jawab, Ntar” Nova ikut bangkit.
Acha yang baru tiba di bangkunya langsung mendongak melihat Nova yang bangkit secara tiba tiba.
“Bunyi bel tadi menandakan bahwa kau menjawab iya. Pokoknya nanti kutunggu di lapangan parkir. Awas kalau kau tak datang,” ancam Lintar yang kemudian berjalan menuju bangkunya.
Ray, teman sebangku Lintar memperhatikan gerak gerik Lintar yang lalu duduk di sebelahnya.
“Sukses, bro?” Tanya Ray masih memperhatikan Lintar.
Lintar menengok, melihat Ray. Ia lalu tersenyum jail sambil berpaling,
“Liat besok aja sob” ucapnya kemudian masih senyum jail.
Sebuah tinjuan kecil mendarat di lengan Lintar. Ray yang melakukannya karena tak tahan dengan tingkah sahabatnya yang lagi fallin in love itu. Lintar langsung tertawa kecil bersama Ray.
Sementara Nova masih senyum senyum gak jelas di bangkunya. Acha yang melihatnya sedari tadi langsung berdehem.
Nova menengok ke sebelahnya.
“Butuh air, Cha? Aku bawa air kok,” ucapnya kemudian.
“Bukannya kamu yang butuh air?” Tanya Acha tersenyum nakal.
Nova mengernyitkan dahi.
“Air air cinta…” goda Acha tertawa kecil.
“Ih, apaan sih kamu” Nova menyenggol lengan Acha. Sedikit ia melirik Lintar. Lintar juga tengah menatapnya. Namun Nova segera berpaling ketika melihat seorang guru memasuki kelasnya.
…
“Ayo Naik!!”
Nova mendongakkan kepalanya. Lintar sudah duduk diatas jok motor. Helm juga sudah terpasang di kepalanya. Lintar terlihat makin keren.
“Tapi Ntar, kita mau kemana? Aku gak boleh terlalu capek” ucap Nova kemudian, ia masih ragu untuk menerima ajakan Lintar atau menolaknya.
“Haa… terlalu capek? Emangnya kamu sakit?” kata Lintar tertawa kecil, nadanya terdengar menyindir. “Udahlah ayo, tenang aja kalo sama aku mah”
Tenang…? Kata itu tak bisa meyakinkanku Ntar, walau kamu yang mengucapnya. Andai saja kau tahu semuanya… batin Nova.
“Ayolah Nov! Aku bakal jagain kamu kok. Sepenuhnya jadi tanggungjawabku selama aku jalan denganmu”
“Kamu yakin?”
Lintar mengangguk mantap, diselingin senyum kecilnya. Nova ikut tersenyum kecil dan perlahan ia menaiki motor tersebut.
“Nih, pakai” Lintar memberikan helm miliknya yang lain, ia sengaja membawa helm tersebut, karena memang ia sudah merencanakan dari kemarin untuk jalan dengan Nova.
Nova lalu memakainya. Lintar menengok belakang, melihat Nova yang masih membenarkan posisi helmnya. Lintar tersenyum dalam hati. Nova makin terlihat cantik memakai helm itu, pikir Lintar.
“Kok diem? Aku udah naik nih,” tegur Nova ketika menyadari bahwa Lintar melihatnya.
Lintar memutar kepalanya ke arah normal, lalu ia menjalankan motornya.
* * *
Ya Tuhan…
Apa yang sebenarnya terjadi…
Apakah aku mimpi…
Oh Tuhan...
Izinkanlah aku…
Untuk bersamanya selalu…
Aku mencintainya Tuhan…
* * *
Tak terasa tiga jam berlalu sangat cepat untuk Lintar dan Nova, setelah menghabiskan waktu itu untuk ke mall, timezone, lunch, hingga nonton bioskop. Kini waktu menunjukkan pukul lima sore, waktunya Lintar mengantar Nova pulang.
Lintar menghentikan motornya, lalu membuka helmnya. Ia menengok ke belakang, melihat Nova yang lagi celingukan kebingungan.
“Turun dulu yuk Nov” ajak Lintar.
“Mau apa?” Tanya Nova, membuka helmnya.
“Yaa turun aja. Jalan sebentar ke taman,” kata Lintar.
Nova mengangguk kecil. Ia turun dari motor. Lintar pun demikian. Dan mereka berjalan kecil menuju taman yang jaraknya hanya beberapa meter dari parkiran motor.
…
Nova tak menyangka hari ini berlalu begitu cepat. Padahal setiap ia berada di sebelah Lintar, ia pasti merasa waktu berlalu begitu lambat. Namun ada apa dengan hari ini… Nova berharap di taman ini waktu tak berlalu dengan cepat. Jika memang bisa, ia ingin saat itu waktu berhenti berdetik, agar ia bisa merasakan serta menikmati waktu itu bersama Lintar.
Berdua.
Tanpa batasan waktu.
Selamanya.
Namun… apa itu bisa…
Lintar menggandeng tangan Nova, sontak saja Nova segera menoleh ke Lintar yang memang duduk di sebelahnya. Lintar pun juga tengah menatapnya.
“Jika aku jadi bintang, kau mau berbuat apa?” Tanya Lintar, menatap dalam dalam kedua bolamata Nova.
“Pertanyaanmu aneh” komentar Nova tertawa kecil.
“Jawab saja Nov, sesuka hatimu” Lintar masih menatap Nova walau Nova tak melihatnya.
“Hmm… apa yaa??” pikir Nova sambil memandang langit.
“Gimana kalau…” ucapan Lintar menggantung. Nova menengok menatap Lintar yang juga masih menatapnya. Lintar masih menggandenga tangan Nova. Ini saatnya Ntar…
“Kau jadi pacarku?” lanjut Lintar.
Nova tersentak kaget. Apa benar Lintar yang mengucapkan itu… Atau makhluk lain… pikiran Nova kacau.
“Karena, jika aku bisa menjadi bintang. Aku ingin menjadi bintangmu. Khusus untukmu, Nova. Aku akan menjadi bintang yang siap untuk menyinari setiap sudut hatimu di kala sepi, suka, duka, dan tawa. Aku sangat ingin menjadi bintangmu di setiap malam. Karena aku ingin menjadi milikmu. Kamu mau kan?” ulang Lintar dengan kata kata yang cukup romantis. (hehe sori kalo kurang romantis. Penulis gak punya kata lain yang lebih romantis :D).
Nova membisu, ia tak tau apa yang harus dijawabnya. Jujur saja, Nova juga menyukainya. Sejak lama. Namun Nova tak mungkin bersamanya. Walau ternyata Lintar juga menyukainya, bahkan mencintainya.
“Maaf Ntar, tapi aku…” Nova menggantungkan kalimatnya. Ia menunduk, sesaat kemudian ia merasa air hangat jatuh dari pelupuk matanya.
Lintar menelan kekecewaan mendengar kata ‘maaf’ dari bibir manis Nova. Namun ia belum menyerah. Ia lalu mencoba mencari wajah Nova yang makin menunduk. Namun nihil. Nova memang berusaha menghindar dari tatapan Lintar, agar Lintar tak melihat airmatanya.
“Maaf Ntar aku gak bisa” Nova melepas kedua tangan Lintar, lalu beranjak pergi meninggalkan Lintar serta taman itu.
“Novaa…” teriak Lintar yang langsung mengejar Nova.
- BERSAMBUNG -
= = = = =
Oke, segitu dulu deh...
Apa yaa kira kira yang akan dilakukan Nova?? Lintar dapet jawaban 'yes' atau 'no' dari Nova yaa?? Baca aja di entri berikutnya di chapter two.
Koment aja dulu... :D
By: Zulfa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar