Untuknya Dariku

Dibanjiri kenangan pada indah matamu, Pada pecah senyummu, Pada belaian pucat resahmu, Langitpun membiru kosong, Dihangati uap api kerinduan ini, akupun ingin menyambangimu, Membawa sepi yang pernah kau tinggalkan, Bagaimana ku lukiskan maaf, Bila kanvas hati enggan kau buka, Bagaimana aku mendekati rindu, Bila sedetik kutemui kau berubah arah, Diingatkan petang,akupun beranjak pergi, Membawa lagi sepi ini pulang.

Minggu, 26 September 2010

"Jangan Bersedih, Lintar..." (chapter three)

Di chapter two, Lintar berhasil mendapatkan Nova untuk jadi pacarnya. Tapi kok Nova seperti merasa keberatan yaa... Mending langsung baca aja deh chapter three nya. Cekidot!

= = = = = = =

"Jangan Bersedih, Lintar..." (chapter three)


Dua minggu kemudian…
“Nova belum datang?” Tanya Ray menghampiri Lintar yang berdiri di ambang pintu rumahnya.
Lintar menengok ke Ray sekilas, setelah itu menatap pagar rumahnya kembali. Para pengunjung mulai berdatangan, namun gadis yang ia cari belum juga kunjung tiba.
“Kalo udah datang, gua juga gak mungkin disini kali,” Lintar masih menatap pagar rumahnya.
“Nova bareng Acha kali yaa?” Lintar langsung
menengok ke Ray.
Ray ikut melihat Lintar, lalu mengedikkan bahunya tanda tak tahu.
“Kak, acara tiup lilin sebentar lagi dimulai,”
Sebuah suara di belakang Lintar dan Ray membuat mereka mengalihkan pandangan ke belakang. Ada Najwa disana, salah satu adik Lintar.
“Iya Wa, entar kakak kesana” kata Lintar.
Najwa lalu berjalan menuju dalam rumah. Ray menepuk bahu Lintar.
“Tunggu dalam aja yuk!” ajak Ray, merangkul pundak Lintar.
Lalu Ray mengajaknya ke dalam. Lintar hanya mengikuti. Tak mungkin jika Nova tak datang…

“Happy birthday, happy birthday, happy birthday to you…”
Lintar mendekati kue ulangtahunnya, bersiap ingin meniup lilin.
“Make a wish dulu, Ntar”
Sebuah suara menghentikan aksinya. Lintar menengok sumber suara. Acha…
Lintar tersenyum. Ia kemudian memejamkan matanya,
Tuhan, langgengkanlah hubunganku dengan Nova. Sejak malam ini, hingga… Selamanya…
Lintar membuka matanya, lalu meniup lilin berangka 17 itu. Diiringi tepukan meriah dari para pengunjung. Setelah itu satu persatu teman temannya memberi selamat kepada Lintar yang lagi sweet-seventeen. (cihuy…).
* * *
Aku ingin bertemu dengannya, Tuhan…
Bantu aku…
* * *
“Lintar, saatnya kamu tampil sayang” ucap maminya yang berdiri di belakang Lintar.
“Tapi mi, Nova belum datang. Aku ingin nyanyi untuk Nova” kata Lintar.
“Yang penting kamu maju dulu, Ntar” kata Acha.
“Iyaa… pengunjung mulai bosen tuh ngeliat Cakka terus yang tampil” kata Ray kemudian menunjuk ke arah panggung.
Benar saja. Cakka sudah mencoba untuk bermain lagi, namun keliatannya ia sudah tak punya akal lagu apa lagi yang harus ia nyanyikan bersama band nya. Kelihatan juga para pengunjung mulai asik sendiri dan menghiraukan permainan Cakka bersama band nya.
Lintar melirik sekilas ambang pintu rumahnya, namun tak terlihat karena ditutupi banyak orang. Ia memejamkan matanya sejenak, membulatkan tekadnya. Setelah itu ia melangkahkan kakinya ke atas panggung.
Cakka dan band nya menyingkir, mempersilahkan tuan rumah yang sedang sweet-seventeen untuk bernyanyi. Seiring dengan tepukan para pengunjung yang lalu memalingkan pandangannya ke Lintar.
Lintar menyiapkan sebuah bangku duduk, lalu ia duduk disana. Ray membantu menyiapkan microfon dengan penyangganya. Acha menyerahkan gitar milik Lintar. Lintar menaruh gitar di pangkuannya. Setelah siap…
“Lagu ini kuciptakan sendiri yang akan kupersembahkan untuk…”
Lintar mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Masih belum ia temukan gadis itu.
“Nova. Walau ia tak ada disini, kuharap ia mendengarnya.”
Lintar menyesal mengucapkan itu. Akibatnya, para pengunjung berdesis mengomentari ucapan Lintar yang gak nyambung itu. Ahh, tak mungkin Nova mendengar.
Perlahan Lintar memetik senar gitarnya, menghasilkan alunan musik yang indah, meramaikan rumah tersebut.
Di tengah sunyinya gelapnya malam
Yang menemaniku
Kurasakan rinduku padamu
Lintar mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Belum ia temukan gadis itu. ia lalu menggelengkan kepalanya. Ia kembali fokus pada lagu yang ia nyanyikan.
Bintang bintang malam tersenyum padaku
Tertawa padaku
Melihat sikapku rindukanmu
Ingin ku berlari menembus sang waktu
Untuk dapatkanmu
Memeluk dirimu selalu
Sungguh ku tak bisa berpisah denganmu
Walaupun sedetik
Karena ku begitu mencintaimu
Cinta dalam hatiku hanyalah untuk dirimu
Takkan terganti di hatiku selamanya
Tak mungkin bisa ku hidup tanpa kasih sayangmu
Separuh jiwamu tlah di hatiku
Lintar menutup persembahannya dengan senyumnya yang menawan. Seiring dengan tepukan meriah dari pengunjung. Sekali lagi ia edarkan pandangannya ke sekeliling. Dan ia menangkap… Nova. Aih, itu benar Nova. Nova tersenyum padanya. Berdiri di ambang pintu sambil bertepuk tangan. Novaa…
Lintar segera loncat dari atas panggung. Ia berlari menerobos kerumunan menuju ambang pintu. Setibanya disana, ia peluk gadis itu. Gadis yang ia tunggu, yang ia nantikan kehadirannya.
“Happy birthday yaa dear” ucap Nova.
Lintar melepas pelukannya.
“Kenapa telat?” Tanya Lintar, memegang kedua tangan Nova.
“Sorry… mobilnya mogok” ucap Nova, namun seperti ada yang janggal ketika mengucapkan itu.
“Ah, alasan kamu” ucap Lintar yang segera memeluk Nova lagi.
Tanpa mereka tahu, beberapa pasang mata memperhatikannya, memperhatikan kedua insan di ambang pintu itu.

Lintar kembali menyanyikan lagu ciptaannya di hadapan Nova.
Hanya di hadapan Nova.
Nova menikmatinya. Menghayati setiap kata dalam lagu itu. Entah airmatanya tiba tiba mengalir begitu saja. Makin lama makin deras. Dan membuat kepalanya pusing. Sangat pusing. Sampai akhirnya, Nova terbaring tak berdaya di pangkuan Lintar.
* * *
Tuhan…
Jangan jauhkan aku darinya…
Kumohon…
Aku tak ingin lepas darinya…
* * *
“Kau tak apa apa?”
Suara itu yang pertama kali ia dengar setelah membuka matanya. Nova bangkit pelan dari tidurnya, dibantu Lintar di sebelahnya. Setelah berhasil duduk, Lintar menyodorkan sebuah gelas untuk Nova.
“Aku baik kok, Ntar” ucap Nova setelah meneguk segelas air pemberian Lintar.
“Mukamu pucat, sayang” Lintar membelai rambut Nova.
“Gak papa. Hanya kecelakaan kecil” Nova berusaha tersenyum. Bibirnya sangat pucat.
Lintar khawatir dengan keadaannya.
“Kalau kau tak sanggup, pulang saja yaa… Acara masih sangat lama. Biar aku antar kamu,” ucap Lintar.
Nova menggeleng pelan.
“Aku gak papa, Lintar. Sebentar juga pasti pulih lagi kok.” Nova lalu turun dari sebuah ranjang. Ia tahu, itu adalah ranjang Lintar. Terlihat jelas sebuah foto kekasihnya itu terpajang di atas ranjang. Pasti ini kamar Lintar.
Lintar lalu menuntun Nova keluar kamar, dan kembali menikmati indahnya pesta ulangtahun Lintar di tanggal 19 Maret itu.

Dua bulan berlalu, hubungan Lintar dan Nova masih berlanjut. Mereka makin mesra. Apalagi dengan tingkah Ray dan Acha yang suka usil jika mereka sedang berdua. Kelihatannya pun Ray dan Acha mulai dekat sejak kerjasama mereka di hari ulangtahun Lintar. Entah bertahan sampai kapan mereka berdiam. Namun Ray telah merencanakan sesuatu untuk Acha.
Acha melirik beberapa gaun yang memang sudah memikat hatinya sejak lama. Sementara Ray masih sibuk menyedot jus alpukatnya sambil memandang para manusia yang berlalu lalang di lantai dasar.
Sekilas Ray menengok Acha, dan mengalihpandangan ke sebuah toko baju yang lagi dilirik Acha. Ray memutar tubuhnya. Posisinya kini menyender di pagar mall lantai atas dekat eskalator. Masih sambil menyedot minumannya itu, Ray mengibaskan tangan lainnya di hadapan wajah Acha. Acha tak bergeming. Ray kemudian tersenyum jail.
Ray melangkah lebih mendekat ke Acha, lalu menghentikan langkahnya ketika tepat ia berhasil menutupi apa yang dilihat Acha. Ya, Ray berdiri di hadapan Acha. Sangat tepat. Hingga Acha hanya bisa melihat wajah Ray yang terlihat dekat.
“Daripada ngeliatin toko baju itu, mending ngeliatin gua aja Cha” ucap Ray dengan narsisnya.
“Hiiyy… Siapa juga yang ngeliatin toko itu,” ucap Acha mendorong tubuh Ray dengan pelan, lalu memutar tubuhnya, memandang lantai dasar.
Ray kembali ke posisi semula.
“Jujur aja Cha. Lu pengen beli baju itu ya?” Tanya Ray kemudian melempar minumannya yang telah habis ke tong sampah. Eh, melesett… Kena orang lain.
“Cha, kabur dulu yukk!!” Ray langsung menarik tangan Acha menjauh dari tempat tersebut.
“Hoiii… Kembali lu!” teriak orang yang kena timpuk botol minumannya itu yang ternyata menyadari bahwa Ray yang melemparnya.
Namun Ray tetap berlari sambil menggandeng tangan Acha.

- BERSAMBUNG -

= = = = = = = = =

Duhh... Kok ngegantung sih ceritanya. Gimana tuh kabarnya si Ray dan Acha? Kayaknya keduanya mulai saling rasa yaa... Kisah Lintar dan Nova selanjutnya apa yaa?? Baca yaa di entri selanjutnya di chapter four.
By: Zulfa :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar