Untuknya Dariku

Dibanjiri kenangan pada indah matamu, Pada pecah senyummu, Pada belaian pucat resahmu, Langitpun membiru kosong, Dihangati uap api kerinduan ini, akupun ingin menyambangimu, Membawa sepi yang pernah kau tinggalkan, Bagaimana ku lukiskan maaf, Bila kanvas hati enggan kau buka, Bagaimana aku mendekati rindu, Bila sedetik kutemui kau berubah arah, Diingatkan petang,akupun beranjak pergi, Membawa lagi sepi ini pulang.

Jumat, 15 Oktober 2010

- The Rain - (Novel1)

Perkenalan - THE RAIN -

- Alvin - Sosok lelaki yang murah senyum dan suka banget bercanda. Tapi kalo udah serius, serius banget dan gak mau diganggu. Alvin termasuk tipe cowok yang lembut dan perhatian. Cowok pemegang vokal di band asramanya ini bisa dibilang, sikapnya misterius, dan menyukai hujan.

Alvin Jonathan Sindunata as Alvin 'The Rain'

Mengenai Cerita Karanganku

Hayyy all............
Udah lama gak ngepost deh gara gara UTS. Hem, oke sekarang gua mau cerita soal cerita cerita karangan gua.

All, mau tau gak cerita karanganku udah berapa?? Hem, puluhan lebih, kawan. Dan kau tahu? Semuanya numpuk memenuhi folder di komputer gua. Huhh... Pengen diterbitin tapi belom tau mau diterbitin kemana. Salah satunya cerbung atau novel kebanggaan gua. Yang berjudul "THE RAIN"...

Sabtu, 02 Oktober 2010

Gabriel Stevent Damanik

Ada yang kangen sama anak ini....


Bukan... Bukan yang di belakang. Tapi yang depan lohhh... Yang paling depan. Yang ini nihhh...

"Jangan Bersedih, Lintar..." (epilog)

- EPILOG -


Lintar memandang apa yang ia lihat di hadapannya. Sungguh indah…
Ray dan Acha memandang hasil pekerjaan yang mereka buat. Lalu Lintar muncul di sebelah mereka. Ray dan Acha menengok ke Lintar.
“Gimana, Ntar? Keren kan… Idenya Acha niih,” kata Ray. Acha sempat mencubit lengan Ray, sedikit.
“Keren… Sumpah Cha, keren banget. Ide lu luar biasa” puji Lintar.
Acha senyum senyum malu.
“Siapa dulu dong, cewek guaa…” Ray membanggakan diri. Sekali lagi Acha

Jumat, 01 Oktober 2010

"Jangan Bersedih, Lintar..." (chapter six)

Di chapter five, Nova memberi tantangan pada Lintar untuk tidak berhubungan dengannya selama sehari. Kira-kira Lintar bisa menjawab tantangan tersebut gak yaa?? And, apa maksud Nova dari semua ini?? Cekidot aja deh...

= = = = = = = =

"Jangan Bersedih, Lintar..." (Chap. 6)


Oh Tuhan…
Aku tak ingin seperti ini…
Walau aku tau semua ini akan terjadi…
* * *
“Nova,”
Gabriel langsung menghampiri adiknya yang terbaring tak berdaya di lantai kamarnya. Wajahnya pucat. Bibirnya memerah penuh darah. Gabriel mengangkat Nova. Dingin.
“Mamaaaa……. Mamaaa…” teriak Gabriel.
Lintar menghempaskan tubuhnya

"Jangan Bersedih, Lintar..." (chapter five)

Langsung lanjut yaa... :D

Oke, Ray berhasil mendapatkan Acha setelah membelikan gaun ungu untuk Acha. Kisahnya Lintar dan Nova masih berlanjut gaakk?? Intip aja disini. Yuk!

= = = = = = = = =

"Jangan Bersedih, Lintar..." (Chap. 5)


Lintar mendrible bola basket nya sambil melangkah menuju kelasnya. Ia masih memikirkan kejadian kemarin. Apa yang disembunyikan Nova…
Lintar tersentak kaget ketika seseorang merebut bola basketnya dengan gayanya yang lincah. Setelah berhasil merebut, bola itu dilayangkan ke udara dan berhasil tepat pada sasaran yang dimaksud orang itu.
“Aw…” Lintar merintih kesakitan sambil mengusap kepalanya akibat kena bola basket yang memang sengaja dilempar oleh orang itu.
“Hahahaa…” orang itu tertawa usil sambil mengambil bola basket yang menggelinding entah kemana.
“Bagus juga lemparan lu” puji Lintar. “Tapi gak seharusnya lu lempar ke kepala gua…” teriak Lintar.
“Hehee… Abisnya lu ngelamun terus. Senyum dong, sob. Hari ini hari

"Jangan Bersedih, Lintar..." (chapter four)

I'm back with chapter four. Sorry, i'm late for five days. I was busy school. Langsung cekidot aja yaa kawan !!

Chapter kemarin, Ray dan Acha sedang bertahap tuh! Gimana yaa lanjutannya?? Sebelumnya intip kisah Lintar dan Nova dulu yaa...

= = = = = = = =

"Jangan Bersedih, Lintar..." (Chap. 4)


“Bis apa yang keren?” Tanya Lintar sambil membelai rambut Nova.
“Bis… BISa jadi mobil…” tebak Nova yang tidur di pangkuan Lintar.
“Salah… BISa jadi aku” ucap Lintar.
“Hiiy… pede banget kamu, Ntar” Nova memukul lengan Lintar, sementara Lintar tertawa kecil.
“Masih ada lagi, Nov. Sekarang, bus apa yang cakep?” Lintar memberi tebakan lagi.
“Bus… Bus… Bus apa yaaa…” pikir Nova yang pasti