Untuknya Dariku

Dibanjiri kenangan pada indah matamu, Pada pecah senyummu, Pada belaian pucat resahmu, Langitpun membiru kosong, Dihangati uap api kerinduan ini, akupun ingin menyambangimu, Membawa sepi yang pernah kau tinggalkan, Bagaimana ku lukiskan maaf, Bila kanvas hati enggan kau buka, Bagaimana aku mendekati rindu, Bila sedetik kutemui kau berubah arah, Diingatkan petang,akupun beranjak pergi, Membawa lagi sepi ini pulang.

Sabtu, 02 Oktober 2010

"Jangan Bersedih, Lintar..." (epilog)

- EPILOG -


Lintar memandang apa yang ia lihat di hadapannya. Sungguh indah…
Ray dan Acha memandang hasil pekerjaan yang mereka buat. Lalu Lintar muncul di sebelah mereka. Ray dan Acha menengok ke Lintar.
“Gimana, Ntar? Keren kan… Idenya Acha niih,” kata Ray. Acha sempat mencubit lengan Ray, sedikit.
“Keren… Sumpah Cha, keren banget. Ide lu luar biasa” puji Lintar.
Acha senyum senyum malu.
“Siapa dulu dong, cewek guaa…” Ray membanggakan diri. Sekali lagi Acha
mencubit lengan Ray.
Lintar lalu melangkahkan kakinya, memasuki wilayah taman yang dipasang lilin kecil berwarna merah. Lilin itu berjejer tersusun rapi hingga membentuk sebuah hati. Lintar kini tengah berdiri di dalam hati itu. Sebuah bangku jok, sepertinya jok mobil Ray ditata di dalam hati tersebut. Sebuah gitar telah disiapkan disana. Meja di hadapan bangku jok tersebut juga telah disiapkan kue ulangtahun berangka 17 dengan hiasan di sisi meja tersebut beberapa balon warna warni. Pokoknya benar benar indah…
Ray dan Acha ikut memasuki wilayah taman tersebut. Lintar sudah duduk di bangku jok mobil Ray sambil memangku gitar yang tersedia, pula sudah mulai memetik gitarnya menjadi sebuah alunan yang indah.
Di tengah sunyinya gelapnya malam
Yang menemaniku
Kurasakan rinduku padamu
Bintang bintang malam tersenyum padaku
Tertawa padaku
Melihat sikapku rindukanmu
Ingin ku berlari menembus sang waktu
Untuk dapatkanmu
Memeluk dirimu selalu
Sungguh ku tak bisa berpisah denganmu
Walaupun sedetik
Karena ku begitu mencintaimu
Cinta dalam hatiku hanyalah untuk dirimu
Takkan terganti di hatiku selamanya
Tak mungkin bisa ku hidup tanpa kasih sayangmu
Separuh jiwamu tlah di hatiku
Ray dan Acha menikmati lagu tersebut. Lagu yang benar benar indah. Tak heran bila Nova menyukainya.
Acha melirik jam tangannya.
“Sudah jam 12. Ayo kita rayakan,” ucap Acha, kemudian duduk di sebelah Lintar.
Lintar menyingkirkan gitarnya. Ray ikut duduk di sebelah Acha.
Lintar memejamkan matanya sejenak, Ini semua untukmu Nov…
“Happy birthday Nova, Happy birthday Nova, happy birthday, happy birthday, happy birthday Nova…”
Ray, Lintar, dan Acha menyanyikan lagu tersebut, diiringi dengan tepukan tangan mereka.
Lalu mereka mendekati meja, menatap lebih jelas kue ulangtahun yang tersedia.
“Hitungan ketiga, kita tiup sama sama yaa…” pinta Acha pada kedua cowok di sebelah kanan kirinya.
1… 2… 3…
Lilin pada kue itu pun padam, seiring dengan tepukan tangan Acha dan Ray.
“Happy birthday Novaa…” teriak Acha.
Ray juga berteriak demikian. Namun Lintar diam. Tak bereaksi apa apa. Ia hanya menunduk sedih. Acha kemudian merangkulnya.
“Lintar, Nova pasti sudah tenang di surga. Kau tak perlu khawatir,” ucap Acha.
“Aku rindu padanya, Cha”
“Bukan Cuma lu yang rindu, Ntar. Tapi gua dan Acha juga rindu sama Nova. Tapi kita gak boleh sedih terus. Nova akan sedih bila kita bersedih,” ucap Ray.
Acha mengangguk, tanda setuju. Lintar kemudian tersenyum, ada benarnya juga perkataan Ray.
Ray mendekati Lintar, lalu ikut merangkul Lintar.
“Jangan bersedih, Lintar…” ucap Ray dan Acha bersamaan.
Senyum Lintar makin mengembang. Ya. Ia tak boleh bersedih. Jika ia bersedih, pasti Nova akan bersedih juga disana. Seakan ia merasa bersalah telah meninggalkan sahabat sahabatnya.
Lintar memandang langit pada tengah malam itu. Ternyata malam ini mendukung, mendukung acara yang dibuat Acha, Ray, dan Lintar. Malam ini nampak cerah. Bulan dan bintang menghiasi malam itu. Sangat cerah…
‘Aku kan selalu milikmu, Ntar…’
Tiba tiba suara khayalan itu terdengar di telinga Lintar. Lintar tersenyum. Suara Nova…
Lintar tersenyum kembali memandang bintang bintang di langit malam itu. Bintang bintang tersebut membentuk wajah Nova, senyum Nova. Sangat indah… Aih, andai Lintar bisa menggapainya… mungkin bisa meredamkan rasa rindunya pada Nova.
“Lihat! Bintang itu membentuk senyum Nova,” Acha menunjuk beberapa bintang di langit.
“Oh iyaa…” Ray menyahut.
Lintar tersenyum. Ternyata bukan hanya dirinya yang berpikir bintang itu membentuk senyuman Nova. Sekali lagi ia pandang bintang itu.
“Happy birthday Nova…”
- TAMAT -
Akhirnyaaa.... Selesai jugaa... Yap, begitulah akhirnya. Walau kini Nova tak lagi di sebelah Lintar, namun Nova masih tetap ada di hati Lintar. Untuk selamanyaaa...
Komentarnya yaaa....
By: Zulfha :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar